Sudah menjadi jawaban yang sangat jenuh ketika orang asing ditanyai mengenai perilaku masyarakat Indonesia.. . Ramah. . Itulah jawaban dari kebanyakan orang asing. Ya, warga Indonesia dikenal dengan sikap nya yang ramah-ramah. Semua orang memuji itu, dan kita bangga dengan hal itu. Orang Indonesia selalu tersenyum, selalu bertegur sapa, bahkan saking ramahnya orang Indonesia selalu menanyakan hal-hal yang bahkan bersifat terlalu privat. Bukan tanpa data, penulis mengungkapkan hal di atas karena penulis seringkali melihat video di YouTube mengenai pendapat "bule" saat datang ke Indonesia. dan memang seperti itu lah jawabannya. . Lalu apakah benar kita ini orang yang ramah?? . Mari kita lihat berita-berita terbaru yang akan membuat kita berfikir kembali apakah kita pantas disebut ramah. . 5 November 2016, Turnamen sepakbola terbesar di Indonesia menyelenggarakan pertandingan antara Persija Jakarta melawan Persib Bandung di Stadion Manahan Solo. Pertandingan yang "katanya" disebut sebagai pertandingan klasik yang selalu panas. Pertandingan yang memiliki sejarah perseteruan antar suporter, The Jakmania (Suporter Persija) dan Viking (Suporter Persib). Dalam aturannya, suporter Persija boleh datang ke stadion tanpa menggunakan atribut Persija, dan pendukung Persib tidak diperbolehkan menyaksikan laga langsung di stadion. Saya tidak akan membahas mengenai peraturan itu, namun kini banyak video beredar sekelompok suporter saat di stadion menyerukan kata-kata kebencian kepada seseorang. Tentu saja mereka menyerukan kebencian pada orang paling berpengaruh di kubu Persib. Seruan tersebut dipimpin oleh orang tua dengan diikuti oleh anggota kelompoknya dengan cukup lama. Video tersebut sepertinya telah tersebar di YouTube. Satu video lagi di tempat yang sama, entah apa yang ada di benak mereka, sekelompok suporter melempar seseorang yang diduga pendukung tim rival dari tribun. Saat diklarifikasi ternyata orang tersebut hanyalah warga asli sana yang ingin menonton sepakbola. Sungguh ironis, Sungguh apakah ini yang dinamakan ramah? Seperti yang diposting dalam Instagram Ridwan Kamil, 54 orang mati akibat sepakbola. 54 orang tersebut hanyalah suporter sepakbola yang datang ke stadion hanya ingin mendukung timnya bertanding, lalu mereka mati sia-sia. Kasus terbaru adalah meninggalnya Muhammad Rovi yang dikeroyok oleh oknum suporter saat dirinya hendak menyaksikan pertandingan antara Persib dan Persegres di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Rovi sempat terseret motor sekitar 7 meter, dilempari batu dan helm. Rovi hanyalah pemuda 17 tahun yang ingin nonton bola, Rovi pun manusia biasa yang harusnya diperlakukan seperti manusia yang lain. Rovi pun warga Indonesia sama seperti orang-orang yang membabi buta itu. Sungguh inikah ramahnya Indonesia?? . Fakta selanjutnya, ada kasus yang kini sedang panas mencuat ke permukaan ialah mengenai dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta. Dari kasus tersebut, muncul lah demo besar-besaran pada 4 November 2016 yang menginginkan adanya pengusutan kasus ini dengan cepat, lalu ditambah dengan maraknya pemboikotan kampanye Calon Gubernur nomor urut 2 tersebut. Saya pribadi tidak mempermasalahkan demo itu, karena dalam negara demokrasi setiap warga negara berhak untuk menyalurkan aspirasi nya. Kiranya wajar demo besar-besaran dilakukan oleh umat muslim karena merasa agama nya dilecehkan oleh orang lain. Namun yang saya soroti disini adalah ada beberapa hal yang menunjukkan kebencian terhadap Ahok, bukan terfokus kepada kasus dugaan penistaan agama nya. Saya telah lihat beberapa video yang mengatakan secara gamblang "bunuh ahok!" di hadapan warga. Kata-kata tersebut entah dimaknai secara asli atau kiasan, sudah menunjukkan kebencian yang terbilang melampaui batas, malah sudah mengancam nyawa orang lain. Tolong beri tahu agama mana di Indonesia yang mengjarkan kebencian, itukah warga beragama yang ramah? Terakhir, kasus yang benar-benar memilukan. Kembali terjadi pengeboman terhadap gereja di Samarinda, Kalimantan Timur. Bom molotov yang dilempar oleh mantan narapidana kasus terorisme bom buku utan kayu pada 2011 ini mengakibatkan satu orang meninggal dunia. Intan yang baru berusia 2 tahun meninggal karena luka bakar yang dialaminya. Cobalah bayangkan, bocah berumur 2 tahun yang tidak tahu apa apa menjadi korban. ini kah kedamaian di negara yang 'katanya' rukun beragama??
. . Lalu kepada siapakah kita ramah? kenapa kita disebut ramah tapi fakta diatas terjadi dalam waktu kurang dari sebulan belakangan? ramah di sebelah mana nya? . Tapi benar, negara ini memang ramah, kok. Saya sebagai orang sunda, mengenal istilah someah hade ka semah (ramah kepada tamu), ataupun silih asah, silih asih, silih asuh (saling mengasah kemampuan, saling mengasihi, dan saling mengayomi). Orang sunda juga mengenal sikap rendah hati dengan berbicara lebih rendah dari orang yang lebih tua, menggunakan undak usuk basa yang baik, dan bersikap menunduk saat melewat. Begitu pula di suku jawa, bali, dan suku lainnya yang mengajarkan nilai-nilai kedamaian dan memunculkan budaya ramah. Wahh ternyata sebenarnya kita ini ramah ya ! . Tapi fakta diatas sudah terjadi, apakah budaya yang ramah ini telah luntur? atau kita ramah hanya pilih-pilih orang? kepada siapa? bule? atasan? pejabat? tapi dibelakang mencela nya? . Mari kita ulas kembali pidato Mochtar Lubis pada 1977 tentang karakter manusia Indonesia yang juga telah dibukukan. Tertulis bahwa manusia Indonesia bersifat hipokrit, munafik. Di depan baik-baik di belakang mencela, menjelekkan, bahkan menyebarkan kebencian. Istilah populernya adalah ABS (Asal Bapa Senang), tersenyum, patuh, taat saat di depan bapak (pejabat, atasan), lalu membicarakannya saat tidak ada. Mungkin saja sikap ini terjadi karena feodalisme yang begitu kentara. Sepertinya pidato Mochtar Lubis tersebut masih terbukti sampai saat ini. Jadi apakah kita ini ramah karena ABS saja? . Warga negara asing selalu menyebut Indonesia adalah negara yang ramah. Ya, apabila mereka berwisata di Indonesia, akan banyak warga Indonesia yang meminta foto kepada bule, padahal kita tidak tahu dia itu siapa. Akan banyak warga Indonesia yang tersenyum atau menyapa kepada turis asing sehingga wajar saja bila mereka menyebut kita ini ramah. Yang ditakutkan adalah, apakah negeri ini negeri yang inferior, negeri yang menganggap dirinya lebih rendah dari yang lain. Padahal kita dengan bule pun sama saja, sama-sama manusia biasa, tapi kenapa kita harus begitu mengaguminya sampai-sampai berfoto bareng, padahal bukan siapa-siapa. Apakah fenomena ini terjadi karena kolonialisme yang begitu menggerogoti bangsa ini selama lebih dari 350 tahun oleh berbagai bangsa lain sehingga kita menganggap bangsa lain lebih tinggi derajatnya? hanya diri kita sendiri yang tahu dan semoga saja tidak. . Hipokrit dan inferior. 2 hal penting yang kiranya mengubah sikap ramah kita yang telah ada dari dulu, dimanapun itu. Tapi masih banyak hal lain yang menyebabkan bangsa ini terlalu mudah 'marah'. Salah satunya adalah bangsa ini terlalu mudah untuk terprovokasi. Apalagi di era informasi digital ini semua orang dapat menyebarkan dan menerima informasi dengan begitu cepat tersebar ke pelosok dunia. Bebasnya media sosial membuat semua orang dapat mengomentari seseorang/kalangan tanpa data yang valid. Timbul lah hate speech, menyebarkan kebencian terhadap seseorang. Media sosial yang sedang trend dalam beberapa tahun kebelakang mulai menimbulkan masalah. Media sosial sering kali digunakan secara kurang bijak. Provokasi, hate speech, sampai menghakimi orang begitu saja sudah menjadi hal yang sering kita temui. Kini masyarakat seolah-olah mempunyai dua muka, di dunia nyata dan dunia maya. Karena sikap yang ditunjukkan saat di dunia nyata dan dunia maya kerap kali berbeda. Galak di dunia maya, selalu memprovokasi, berkicau mengenai keburukan yang ada di sekitarnya. Tapi saat di dunia nyata? membisu. Ada? banyak. . Nahh kembali lagi kepada pidato Mochtar Lubis, hipokrit. mungkin itulah contoh kemunafikan yang sangat terlihat jelas saat ini. Padahal, dunia nyata dan dunia maya sama-sama tempat untuk saling interaksi, ya sikap dan perilaku yang harus kita tunjukan pun sama. Atau apakah sifat asli kita ada saat kita berada di dunia maya? Semoga kita semua pengguna media sosial yang bijak . Artikel ini ditulis jelas saja bukan untuk menjelek-jelekkan bangsa kita. Semua yang saya tulis hanya dugaan-dugaan yang ingin saya ungkapkan, toh saya juga warga Indonesia. Warga yang dibilang oleh Mochtar Lubis sebagai bangsa yang hipokrit. Ini menjadi lecutan, tamparan untuk kita semua bahwa apa yang saya lihat di berita, saya baca di media sosial, tidak ada yang mencirikan ciri khas kita sebagai bangsa yang ramah. Fakta-fakta yang saya berikan diawal sama sekali tidak bermaksud untuk memojokkan salah satu pihak, tapi itulah fakta di lapangan yang tidak bisa di elak. . Kita harus benar-benar mengulangi pelajaran sejak SD. Semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang sudah diajarkan sejak SD semoga tidak hanya untuk dihafal, tapi juga untuk dimaknai dan diimplementasikan ke kehidupan yang sebenarnya. "Indonesia Negara Paling Toleran di Dunia", sebuah kebanggan tentunya memiliki label seperti itu, tapi itu juga menjadi sebuah tantangan ketika negara yang disebut paling toleran sering terjadi konflik antar agama, antar suku. Kalo negara paling toleran seperti ini, bagaimana dengan negara yang tidak toleran?hmm.. . Sesuai dengan judul di atas, apakah Indonesia ini ramah atau marah? anda sendiri yang akan menjawabnya, sembari saling mendoakan dan optimis bahwa Bhineka Tunggal Ika memang ada dalam diri Indonesia, dan label negara paling toleran memang pantas untuk Indonesia. . Semoga kita selalu mempunyai pola pikir yang positif, tanpa kebencian dan amarah dalam hati, tetap berada dalam kedamaian dan ketentraman. . Semoga ramahnya Indonesia bukan semata-mata dari kemunafikan kita, bukan pula dari rasa rendah diri bangsa ini kepada asing. Tapi ramahnya Indonesia adalah ramah yang sesungguhnya, ramah yang tulus, tanpa paksaan, tanpa ketakutan. . Mari bersikap spartan, tanpa arogan Mari bersikap kritis, tanpa anarkis Mari bersikap loyal, dengan nalar . Angkatlah dagumu itu, tapi jangan terlalu tinggi berikan senyuman terbaikmu, tanpa merenyutkan dahi . Silahkan komentari, kritik, dan berikan saran dari opini pertama saya ini. Terimakasih. Sumber gambar: http://mataairradio.com/ dan http://www.halloriau.com/
0 Comments
|
AuthorMuhammad Retsa Rizaldi Mujayapura. Mahasiswa S-1 Pendidikan Sosiologi 2015. ArchivesCategories
All
|